Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah bertemu dengan seorang pedagang kain di Makkah. Ia menceritakan perangai istrinya:
"Dulu aku memiliki istri, jika aku pulang membawa sedikit
rizki, ia meremehkannya. Jika aku pulang membawa rizki yang banyak, ia
menganggapnya sedikit."
Lalu Allah mewafatkan istriku itu, aku menikah lagi dengan
seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, istriku memegang bajuku
dan berkata:
"Wahai suamiku, bertakwalah kepada Allah. Janganlah engkau
memberi aku makan melainkan dari rizki yang halal. Jika engkau datang
padaku dengan sedikit rizki, aku akan menganggapnya banyak. Jika engkau
pulang tanpa membawa apa-apa, aku akan membantumu memintal kain"
[Al-Mujalasah wa Jawahirul Ilmi, 5/252]
Dari kisah di atas, kita dapat memetik beberapa pelajaran:
[1] Istri shalihah senantiasa mengingatkan suaminya agar bertakwa kepada Allah.
[2] Istri shalihah tidak menuntut nafkah kepada suami di luar kesanggupannya
[3] Istri shalihahbermanfaat
nita yang banyak bersyukur, meskipun suaminya pulang hanya membawa rizki yang sedikit
[4] Istri shalihah suka membantu pekerjaan suaminya
[5] Istri shalihah selalu menghargai jerih payah suaminya,
ia tidak akan meremehkan suaminya, bahkan dalam hal-hal sepele sekalipun
[6] Istri shalihah memperhatikan rizki yang ia peroleh dari suaminya, apakah dari hasil yang halal atau haram.
[7] Istri shalihah memiliki sifat qana'ah yaitu menerima
segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah untuknya, baik dalam masalah
penghasilan suami, tempat tinggal, sandang pangan, kekurangan suami,
maupun kekurangan yang dimiliki keluarga suami.
Allahua'lam, semoga bermanfaat
=====================
Berbagi faidah :
www.grupbba.blogspot co.id
www.grupbba.blogspot co.id
0 komentar:
Posting Komentar